Sebagaimana firman Tuhan kita ʿAzza wa Jalla,
“Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang diulang-ulang
dan Al-Qur’an yang agung.” (QS. Al-Hijr: 87)
Allah ʿAzza wa Jalla memfirmankannya untuk mengingatkan karunia tersebut
kepada Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Setelah itu, Allah berfirman,
Apa ayat selanjutnya, Saudara-saudara?
Apa?
“Jangan sekali-kali engkau arahkan kedua matamu
kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada sebagian golongan di antara mereka. …” (QS. Al-Hijr: 88)
Baiklah, lalu apa hubungan antara dua ayat ini?
Aku juga ikut ujian seperti kalian.
Apa?
Hubungan antara karunia Allah berupa Al-Qur’an kepada Rasul-Nya
dengan firman-Nya, “Jangan sekali-kali engkau arahkan kedua matamu …”
Apa?
Merasa cukup dengan Al-Qur’an.
Artinya bahwa seseorang jika sudah merasa cukup dengan Kitab Allah ʿAzza wa Jalla,
maka matanya tidak akan terarah pada dunia dan isinya,
karena Allah Subẖānahu wa Ta’ālā telah memberinya kekayaan yang hakiki,
yaitu kekayaan hati.
Sungguh demi Allah, kekayaan bukanlah dengan banyaknya harta,
seperti yang beliau ʿalaihis Salām sabdakan,
“Kekayaan bukanlah dari banyaknya harta benda,
akan tetapi hakikat kekayaan hanyalah kekayaan hati.” (HR. Ibnu Majah)
Saudara-saudara, Al-Qur’an letaknya di mana?
Al-Qur’an ada dalam hati.
Inilah tempat aslinya, wahai Saudara-saudara,
bukan di lisan.
Itulah sebabnya Allah ʿAzza wa Jalla berfirman,
“Dan sungguh, (Al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam.” (QS. Asy-Syu’ara’: 192)
“Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril).” (QS. Asy-Syu’ara’: 193)
“Ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau menjadi orang yang memberi peringatan.” (QS. Asy-Syu’ara’: 194)
“Ke dalam hatimu, …” ke dalam hati Muhammad Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Jika Al-Qur’an sudah turun ke dalam hati,
niscaya ia akan mencukupi seseorang dari keinginan kedua matanya
untuk melihat dunia dan seisinya.
Jadi, jika dengan dikaruniai Al-Qur’an, seseorang bisa merasa cukup terhadap dunia.
Oleh karena itu, jika kedua matanya masih mengarah pada dunia,
apa yang terjadi?
Apa yang terjadi? Orang itu akan melalaikan Al-Qur’an, wahai Saudara-saudara,
karena ini adalah dua hal yang saling terikat satu sama lain.
====
كَمَا قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي
وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
قَالَهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي مَعْرِضِ الْاِمْتِنَانِ بِهِ
عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ قَالَ بَعْدَهَا
الْآيَةُ الَّتِي بَعْدَهَا يَا إِخْوَانُ
هَا؟
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ
إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ
طَيِّبٌ مَا الْعَلَاقَةُ يَبْنَ الْآيَتَيْنِ؟
أَنَا شَارِكُكُمْ فِي الْاِخْتِبَارِ
هَا؟
الْعَلَاقَةُ بَيْنَ امْتِنَانِ اللهِ عَلَى رَسُولِهِ بِالْقُرْآنِ
ثُمَّ: لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ
هَا؟
الْاِسْتِغْنَاءُ بِالْقُرْآنِ
أَنَّ الْإِنْسَانَ إِذَا اسْتَغْنَى بِكِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
فَلَا تَمْتَدُّ عَيْنُهُ إِلَى الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
يُعْطِيهِ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الْغِنَى الْحَقِيقِيَّ
وَهُوَ غِنَى الْقَلْبِ
فَإِنَّ الْغِنَى وَاللهِ لَيْسَ عَنْ كَثْرَةِ الْأَمْوَالِ
كَمَا قَالَ عَلَيْه السَّلَامُ
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ
إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْبِ
وَأَيْنَ يَكُونُ الْقُرْآنُ يَا إِخْوَانُ؟
إِنَّمَا يَكُونُ فِي الْقَلْبِ
هَذَا مَكَانُهُ الْأَصِيلُ يَا إِخْوَانُ
وَلَيْسَ عَلَى اللِّسَانِ
وَلِهَذَا قَالَ عَزَّ وَجَلَّ
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ
نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الأَمِينُ
عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
عَلَى قَلْبِكَ
عَلَى قَلْبِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَإِذَا نَزَلَ الْقُرْآنُ فِي الْقَلْبِ
أَغْنَى صَاحِبَهُ عَنْ أَنْ تَمْتَدَّ عَيْنُهُ
إِلَى الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
وَإِذَا كَانَ لَوْ أُوتِيَ الْقُرْآنُ اسْتَغْنَى بِهِ عَنِ الدُّنْيَا
فَإِذَا امْتَدَّتْ عَيْنُهُ عَنْ… إِلَى الدُّنْيَا
فَمَا الَّذِي يَحْصُلُ؟
مَا الَّذِي يَحْصُلُ؟
يَحْصُلُ مِنْهُ التَّقْصيرُ يَا إِخْوَانُ مَعَ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
هَذَانِ أَمْرَانِ مُتَلَازِمَانِ